[singlepic id=37 w= h= float=none]
Gondang, atau di ciamis di sebut Gondang Buhun, adalah seni tatabuhan (tutunggulan) yang disertai dengan nyanyian. Alatnya adalah sebuah lisung (lesung, wadah untuk menumbuk padi) dan halu (alu), penumbuk padi terbuat dari sebatang kayu. Bunyi lesung dihasilkan dari tumbukan alu, yang bisa di lakukan ke berbagai bagian lesung, baik ke bagian dalam maupun bagian luar. Seluruh pemainnya perempuan, berjumlah ± 5 orang. Kesenian ini tesebar dibeberapa wilayah Pedesaan di Ciamis Selatan. Salah satunya ada di kampung Cikukang, Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis. Mereka yang kini masih bisa nggondang di antaranya Enah, Karlah, Anah, dan Niti. Kesenian ini terkait dengan beberapa ritus, antara lain ritus Nyi Pohaci Sanghyang Sri (mapag sri), ritus minta hujan, dan sebagai undangan kenduri.
Gondangan yang dimainkan dalam rangka upacara mapag sri atau ngampihkeun (menyimpan padi ke lumbung) biasanya dilakukan selepas panen. Tempatnya dilaksanakan sekitar leuit (lumbung padi). Upacara itu dimulai oleh seorang punduh (sesepuh upacara) perempuan, yang berdoa sambil membakar kemenyan, memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan mengucapkan rasa syukurnya atas hasil panen yang di dapat. Padi pun diarak, dimasukan ke dalam lumbung sambil diiringi tutunggulan. Setelah itu, nyanyian gondang pun dilantunkan dengan penuh keceriaan.
![]() |
![]() |