dispar.ciamiskab.go.id. Mahkota Binokasih kembali di kirabkan di Kab. Ciamis untuk ke dua kalinya. Prosesi kirab mahkota simbol kemaharajaan sunda ini dilaksanakan selama dua hari berturut-turut di dua kecamatan Tatar Galuh yaitu pada Selasa-Rabu (16-17/04/2024).
Kirab Mahkota Binokasih ini merupakan rangkaian kegiatan menjelang Hari Jadi Kabupaten Sumedang yang ke 446. Untuk yang kedua kalinya, Keraton Sumedang Larang (KSL) melaksanakan kirab mahkota raja-raja sunda ini di Ciamis sebagai tempat dimana Mahkota Binokasih dibuat.
Kedatangan Mahkota Binokasih di Negeri Tatar Galuh disambut antusias oleh berbagai kalangan termasuk unsur pemerintahan, budayawan dan masyarakat umum. Selama dua hari berada di Ciamis, Mahkota Binokasi berhasil menyedot animo masyarakat yang mengikuti prosesinya sampai akhir.
Momentum datangnya mahkota ini ke Tatar Galuh juga disyukuri oleh masyarakat pada umumnya. Bagaimana tidak, Kirab Mahkota Binokasih menjadi momentum penting dalam memperkuat hubungan bilateral antara Kabupaten Ciamis dan Karaton Sumedang Larang.
Sejarah panjang dari simbol kemaharjaan di tanah sunda ini telah meninggalkan nilai-nilai luhur. Mahkota Binokasih dibuat sebagai konsep besar Galuh dalam membangun peradaban yang ideal dan dicita-citakan. Binokasih yang memiliki makna cinta kasih telah mewajibkan setiap raja yang memakainya agar mengasihi, adil dan bisa menyejahterakan rakyatnya.
Mahkota Binokasih dibuat oleh Prabu Bunisora pada masa Kerajaan Galuh untuk melantik Raja Galuh bernama Prabu Niskala Wastu Kencana pada tahun 1371 M hingga turun temurun untuk mengukuhkan raja-raja sunda selanjutnya. Mahkota ini kemudian dibawa ke Padjajaran dan digunakan Prabu Siliwangi, lalu melalui Kandaga Lante dibawa ke Sumedang Larang.

Prosesi Kirab Mahkota Binokasih dimulai saat kedatangannya di Kantor Kecamatan Kawali pada hari Selasa. Mahkota disambut di aula kantor kecamatan yang kemudian dibawa ke Aula Paseban Bale Paminton menjelang waktu shalat maghrib. Baru setelah ibadah shalat isya dilaksanakan acara inti kirab di Kawali.
Mahkota Binokasih dibawa dan diletakan di Batu Palinggih yang ada di Astana Gede Kawali dimana Prabu Niskala Wastukencana menjadi raja yang bertahta disana. Prosesi kirab diisi dengan bertawasul di area peninggalan singgasana raja tersebut, kemudian kembali dibawa ke Aula Paseban untuk guar sejarah diiringi tarawangsa.
Prosesi kirab hari kedua dimulai Rabu pagi di Kawali. Mahkota Binokasih dilepas Aula Paseban untuk kemudian diarak menuju panjalu. Sesampainya di Panjalu, mahkota beserta rombongan diterima di Kantor Desa Panjalu sebagai pembuka prosesi kirab di hari kedua.
Pada prosesi di Panjalu, Mahkota Binokasih dibawa ke Museum Bumi Alit yang merupakan tempat disimpannya benda-benda bersejarah. Mahkota selanjutnya diarak menuju Nusa Pakel diiringi berbagai kesenian seperti Wayang Landung, Gembyung dan Angklung.
Sesampainya di Nusa Pakel, Binokasih di sambut secara adat untuk selanjutnya melaksanakan prosesi di Nusa Larang yang berada di tengah-tengah Situ Lengkong tepatnya di Makam Prabu Hariang Kencana, putra dari Prabu Borosngora sang raja penyebar islam di Panjalu.
Momen Kirab Mahkota Binokasih diakhiri kembali di Nusa Larang dengan guar sejarah Panjalu dengan mengenalkan benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan Sumedang Larang sekaligus merekatkan hubungan antara Panjalu dan Sumedang. Mahkota Binokasih selanjutnya dilepas untuk melanjutkan prosesi kirab di Kota Bogor.